بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ ﴿١﴾ الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ﴿٢﴾ الرَّحْمـنِ الرَّحِيمِ ﴿٣﴾ مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ ﴿٤﴾ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ ﴿٥﴾ اهدِنَــــا الصِّرَاطَ المُستَقِيمَ ﴿٦﴾ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ غَيرِ المَغضُوبِ عَلَيهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ ﴿٧

Senin, 07 Oktober 2019

PROGRAM PEMBERDAYAAN BAZNAS LOMBOK TENGAH


Distribusi di Desa Arjangke


Diantara program2 pemberdayaan yang dilaksanakan di BAZNAS Lombok Tengah adalah memberikan modal usaha kepada pedagang kecil (bakulan, asongan, kaki lima) yang tersebar di seluruh desa kabupaten Lombok Tengah.

Senin, 27 Januari 2014

HIDUP INI INDAH oleh Kyai Haji Abdullah Gymnastiar


Assalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh,

Allah Maha Indah dan amat mencintai keindahan.  Berarti siapapun yang rindu menjadi orang yang dicintai Allah kita harus mengenal apa yang namanya keindahan, karena keindahan adalah salah satu jalan agar kita dicintai oleh Allah.
Dan standart, kita itu suka pada keindahan.  Allah menciptakan dunia ini indah bahkan surga saja diceritakan penuh keindahan. Memang sudah standart pada diri kita senang yang indah.  Lalu mengapa hati yang cuma satu‑satunya ini harus kita isi dengan kejelekan? Jelek itu tidak pernah bersatu dengan keindahan.  Kalau alam ini indah dan hati kita
mencintai keindahan, niscaya akan terpancar pribadi yang indah. 
Saudara‑sadaraku sekalian.......
Harusnya keindahan semua yang kita lihat membuat hati kita indah dan kalau hati sudah indah maka terpancar keindahan dari diri kita. Nah, Rasulullah SAW juga ternyata indah.  Rambutnya indah, matanya indah, suaranya indah, wajahnya indah dan yang paling mengesankan adalah pribadinya yang indah.  Kita manusia juga senang keindahan.  Iklan sampo dijamin yang punya rambut indah.  Kita berkunjung ke taman yang indah.  Jarang kita berkunjung ketempat pembuangan sampah.  Yang jadi masalah sekarang bagaimana keindahan itu ada pada diri kita?
Keindahan itu lekat dengan sesuatu yang bersih.  Rumah megah, kotor hilang keindahannya.  Rambut indah, kotor juga hilang keindahannya.   Bersih bagian terpenting dari keindahan.  Bersih lahir dan bersih batin.  Ada orang yang bersih tapi hatinya busuk dijamin tidak akan indah.  Maka siapapun yang ingin tampil indah, perkataan yang harus selalu ditanyakan, saya bersih atau tidak?
Karena kalau hati sudah busuk, pikiran busuk dan omongan juga busuk. Kita semua pasti jadi tua.Kalau kitamengandalkan kecantikan keindahan lahir, itu tidak bisa dipertahankan.  Kalau pertahanan keindahan sudah habis dan pribadi tidak indah maka tidak ada yang tersisa.  Jadi siapapun diantara kita yang tidak pernah bertanya apakah mata ini sudah bersih, apakah pikiran kita sudah bersih, apakah pembicaraan kita bersih, apakah harta kita sudah bersih, apakah hati kita sudah bersih ? Kalau bersih belum menempati bagian dari diri kita tipis harapan.   “Amat beruntung orang yang gigih mensucikan dirinya dan merugi orang yang mengotorinya”.
Sekarang kita lihat dulu apa komponen yang penting dari keindahan dan kebersihan ini.

1.  KESABARAN
Orang yang tidak sabar, berkeluh kesah, menggerutu, orang yang mudah panik, emosional akan hilang keindahannya.  “Orang yang jamin sabar itu adalah orang yang yakin kami milik Allah dan bakal kembali
Kepada Allah”.  Kita tidak punya apa‑apa Insya Allah adalah indah.  Berarti orang yang tdak akan indah dalam hidupnya, orang yang merasa segalanya milik dirinya, merasa takut kehilangan, merasa takut rusak, takut diambil...panik dalam hidupnya.  Marilah belajar sabar karena sabat pangkal keindahan. Sabar dalam hal apa?
Sabar dalam taat kepada Allah.  Shalat sabat, tahajud sabar, melihat maksiat sabar.  Ada orang yang dalam sholat sabar tapi lihat maksiat tidak sabar.  Sabar ketika ditimpa musibah, sabar keitka sakit, tidak berkeluh kesah.  Kesabaran itu pada pukulan pertama dalam ujian.  Jadi kalau kita ingin melihat kesabaran kita lihat ketika datang yang pertama hantaman kepada kita dan kita tetap tenang.  Insya Allah kesananya lebih mantap.
Pendek kata keindahan akrab dekat dengan kesabaran.  Tidak punya kesabaran hilang keindahan penampilan, keindahan rupa, keindahan rumah, keindahan harta bagi orang yang tidak sabar.
2.  KELEMBUTAN
Kelembutan itu ada pada sesuatu kecuali akan menjadi indah. Maka bagi orang‑orang yang ingin dicintai Allah, pertanyaan kedua adalah sampai sejauh mana kelembutan ada pada diri kita?

Orang yang kasar, bengis, kaku, keras ini tidak nyunnah. Rasulullah SAW adalah seorang petarung terbaik.  Tidaklah bertempur kecuali beliau berada di baris terdepan.  Tapi peperangan dan pertempuran yang dahsyat tidak merubah kehalusan budi pekertinya.   Guru yang kasar jauh tidak disukai dibanding guru yang bertutur kata lembut.  Ibu yang bengis, kasar sulit untuk mencuri hati anaknya.
Saudara‑saudara sekalian...
Kita punya bahan yang lembut tapi kasar yang keluarnya, hilang keindahannya.  Seindah apapun penampilan bila prilaku
kesehariannya, kelakuannya kasar, kata‑katanya kasar akan jatuh wibawanya, jatuh keindahannya.  Ingat 2 minggu yang lalu pendamping diam itu emas adalah 4 S
yaitu :
1.  Senyum
2.  Salam
3.  Sapa, dan
4.  Santun

Marilah kita upayakan kelembutan itu bagian dari sikap kita. Kalau memanggil seserorang, panggilah dengan panggilan yang paling halus. Subhanallah, kelembutan itu indah.
3.  IKHLAS
Makin ikhlas, makin bersih hati, makin putus harapan selain kepada Allah SWT.  Itu terpancar kebersihannya dari tutur kata dan prilaku. Indah keikhlasan itu.  Makin bersih dari rasa ingin dihormati, dari rasa ingin dihargai, dari rasa ingin dipuji harus dengan cara terbaik. Berbahagialah bagi ibu yang merdeka tidak berbuat kebaikan karena ingin dibalasbudi oleh suami tapi berbuat kebaikan karena ingin dicintai Allah..
Orang yang ikhlas berbuat  sekecil apapun kebaikan, Allah yang akan membersar‑besarkannya, menurut Imam Ali.   Insya Allah orang yang ikhlas dia akan puas dengan apa yang dilakukan, bukan puas dengan apa yang didapatkan.  Orang yang ikhlas kesibukannya adalah bagaimana supaya yang dilakukan ini disukai Allah, terlepas dari orang lain menghargai atau memuji atau tidak.
4.  MENGAMALKAN SUNNAH
Keindahan itu lekat kepada orang yang paling banyak mengamalkan sunnah‑sunnah rasul sesudah yang fardhu.  Amalan fardhu itu bagai bangunan yang kokoh, tiang, pondasi dan bangunan.  Tapi bangunan ini jadi indah sesudah dicat, keramiknya bersih, pakai taman, pakai pagar, inilah amalan‑amalan sunnah.  Kita menunaikan yang fardhu Insya Allah kita menjadi pribadi yang kokoh tapi dengan amalan yang sunnah jadi pribadi yang kokoh dan indah.  Jarang sholat tapi mengamalkan yang sunnah seperti pakai dasi tapi tidak pakai yang fardhu.
Jadi semakin banyak kita mengamalkan yang sunnah sesudah yang fardhu semakin indah.  Makanya kita harus belajar tahu bagaimana Nabi Muhammad itu kesehariannya.  Sampai hal yang kecil kita tiru Nabi Muhammad itu lambat laun pribadi kita jadi indah.  Dari mulai bangun tidur senyum, doa, tata mulai bangun tidur.  Dikamar mandi tidak berlama‑lama, tidak bicara, itu sunnah.  Tertib sampai hal‑hal yang paling kecil.  Sudah ada aturannya semua.
Mulai sekarang miliki buku tentang Nabi Muhammad.  Luangkan waktu untuk mengetahui bagaimana senyumnya, bagaimana santunnya, bagaimana kedermawanannya, bagaimana keberaniannya.  Makin tahu tentang Nabi
Muhammad pelan tapi pasti pribadi kita akan bergerak menjadi pribadi yang indah.
Mudah‑mudahan dengan 4 hal tersebut, kita mulai memperindah topeng kita dengan kebersihan, kerapihan dan perawatan.  Tapi yang paling penting dari itu kebersihan batin kita yaitu komponennya kesabaran, kelembutan, ikhlas dan mengamalkan yang sunnah sesudah fardhu.
Wallahu’alam

Dekat Allah adalah Kunci Segalanya


 "Seseorang boleh saja berkata, "Saya telah menemukan kebahagiaan sejati setelah bergelimang dengan harta kekayaan yang saya miliki. Saya sudah puas dengan hasil keringat saya." Atau seorang pejabat bergaji tinggi bisa saja bertutur bahwa dengan posisinya yang 'basah' ia akan berkesempatan merasakan kenikmatan hidup. Atau mungkin saja seorang bintang film bercerita bahwa ia merasakan kedamaian dalam hidup setelah duit tak pernah berhenti mengalir ke sakunya.

Tetapi tidak mungkinkah di balik pernyataan itu ada terselubung perasaan cemas, khawatir dan gelisah, ibarat awan hitam yang menutupi wajah rembulan?
 
Kegelisahan, kecemasan, ketidakteteraman, adalah 'pekerjaan harian' bagi manusia, kecuali mereka yang telah menemukan jalan yang benar. Rasa cemas itu bisa menyangkut urusan yang kecil-kecil maupun yang besar-besar. Bahkan banyak orang yang sekadar menginginkan seorang gadis lalu tidak kesampaian, bisa memilih bunuh diri saking stresnya. Tidak sedikit pula yang mengamuk hanya karena persoalan uang seribu rupiah.
 
Bagi yang telah mengenal hakikat hidup, hal-hal remeh seperti itu tidak perlu membuatnya hilang akal. Allah swt jauh-jauh sebelumnya telah menurunkan obat penawar kegelisahan dan kecemasan ini dengan agama. Melalui agama (Islam) ini, Allah memperkenalkan diri-Nya bahwa Dialah yang Maha Kuasa, Maha Sempurna dan Maha Ahad. Pengetahuannya meliputi segala yang telah lalu, kini dan esok. Penglihatan-Nya jauh di atas menembus ruang dan waktu. Melalui pendekatan kepada kekuasaan-Nya ini sebenarnya sudah bermakna obat. Dijamin manusia tidak akan gelisah selamanya.
 
Islam memperkenalkan cara pandang yang jauh lebih luas tentang kehidupan. Bahwa hidup ini bukan sekadar pulang-balik dari rumah ke tempat kerja, sampai rumah lalu tidur, besok berangkat lagi, kawin, punya anak. Hidup ini indah dan penuh dimensi, yang terdiri dari beberapa babak. Babak akhir nanti bergantung pada kesuksesan menapaki hidup pada babak sekarang ini. Konsep seperti ini akan menuntut seseorang untuk mengontrol dirinya secara mandiri, dan membimbing untuk tidak segera putus asa menghadapi persoalan.
 
Terapi shalat
 
Kaum muslimin tidak perlu ikut-ikutan orang lain untuk mencari ketenangan hidup dengan melakukan meditasi segala macam. Seperti diketahui, belakangan ini bermunculan kelompok meditasi di berbagai kota. Malah dua di antaranya, yang mengaku berasal dari India dan kini membuka cabang di Jakarta, mengklaim telah memiliki lebih 8.000 cabang di 58 negara. Tujuan organisasi ini tidak lain adalah untuk menjaring para eksekutif yang kini makin banyak ditimpa penyakit modern: stres dan gelisah.
 
Sungguh sangat disayangkan kalau ada kaum muslimin yang tertarik pada tatacara pengobatan yang seperti ini. Sebab secara syar'i bukan saja telah terjadi pelanggaran, karena bercampurnya lelaki dan perempuan dalam satu ruangan tanpa aturan yang jelas, tetapi juga ada sebuah gambar ka'bah dan dua kaligrafi bertuliskan Allah dan Muhammad yang dihimpit dua simbol agama lain.
 
Sebenarnya shalat jauh menawarkan terapi yang lebih efektif dan ampuh untuk penyakit-penyakit gelisah seperti itu. Tentunya apabila shalat yang ada ditegakkan dengan cara yang baik dan khusyu'. Sayangnya yang kita lakukan selama ini shalat bukan hanya dianggap sebagai suatu kewajiban, tapi terkadang sebagai beban. Padahal teori pengobatan berkata, apabila kita yakin, maka sebagian dari penyakit itu telah disembuhkan.

Shalat bahkan bukan hanya akan memberikan kesembuhan terhadap beben-beban ruhani akibat lelahnya menghadapi pertarungan hidup, tapi juga akan memberikan kemenangan, di dunia dan di akhirat. Orang yang shalatnya benar, tidak malah gelisah setelah shalat, akan tetapi ada perasaan lega dan tenteram karena baru saja bertemu dengan Allah, Penguasa Segala Sesuatu. Bertemu kepada Dzat yang menciptakan segala sesuatu di alam ini, termasuk jalan yang terbaik untuk hamba-Nya. Orang yang ketika menghadapi Tuhan mempunyai perasaan penghambaan seperti ini akan enteng hidupnya. Shalat akan dijadikan sebagai media untuk memohon bimbingan dan petunjuk agar tidak keliru dalam meniti kehidupan. Hidup ini dipasrahkan kepada-Nya, tawakkal.
 
Meraih cinta-Nya

 Untuk mendapatkan cinta tentu memerlukan perjuangan dan pengorbanan. Begitu juga untuk dapat meraih cinta dari Allah swt, kita dituntut berkorban. In tanshurullaha yanshurkum, kata Allah, apabila kamu menolong agama Allah, maka Allah akan menolongmu. Menolong, bila yang melakukan adalah Allah, maka dapat diartikan dengan selesainya segala urusan yang ditolong. Ini adalah kunci kehidupan itu sendiri.
 
Manusia yang meyakini Islam sebagai jalan hidup satu-satunya berarti sudah memilih tauhid yang benar. Berarti ia akan cenderung mengenal Allah lebih dekat, sehingga menimbulkan perasaan cinta kepada-Nya. Kalau sudah tumbuh cinta maka ia akan memandang Allah sebagai Sumber segala hidup, Sumber kesempurnaan, Sumber segala rahmat, serta percaya bahwa Dia dekat dengannya setiap saat. Temali batinpun akan berbicara, ke mana pun juga pergi akan ada 'benang' kontrol yang menghubungkan dengan Dia. Keyakinan dan kesadaran seperti ini selain memberikan nuansa yang indah juga plus menciptakan kekuatan baru untuk melangkah menapaki hidup.
 
Mungkin pertanyaan yang menggelitik akan muncul, menggoda pikiran kita, "Bagaimana sesungguhnya kita dapat berhubungan akrab dengan Tuhan dan sejauh mana kita mengetahui bahwa kita telah dekat kepada-Nya?"
 
Allah swt berfirman, "Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat, Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepadaKu." (QS. Al-Baqarah: 186)
 
Makin kuat keyakinan dan kesadaran kita akan dekatnya Allah maka makin tenteram pula hati ini dan makin besar kebahagiaan yang dicapai. Oleh karena itu dalam al-Qur'an disebutkan, alaa bidzikrillahi tathmainnul-quluub, ingatlah sesungguhnya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.
 
Dzikir yang dilakukan terus-menerus akan membuat ruhani menjadi kuat, pribadi manusia akan memperolah kekuatan transenden yang luar biasa. Sebagai dampaknya hati akan selalu bahagia, tenteram dan memperoleh kedamaian abadi.
 
Kunci segalanya
 
Kekuatan apa lagi yang akan bisa menyaingi jika manusia telah menemukan Tuhannya? Kekuatan ini dapat menyingkirkan ila-ilah yang bertengger dalam pikiran manusia, dalam jiwanya. Tidak hanya itu, semua kekuatan, harta kekayaan, pangkat dan status, serta semua urusan dunia tidak banyak artinya di kala Allah telah menyatu dalam jiwa.
 
Inilah kunci dari segalanya. Mereka yang sudah merapatkan dirinya pada sandaran Sang Maha Kuasa, akan menghadapi kehidupan dengan serba mudah. Kesulitan yang ada bahkan dianggapnya sebagai kesyukuran. Karena dengan kesulitan itu akan mengurangi beban dosa dan kesalahannya. Kesulitan dan kesusahan hidup bukan dianggap sebagai musibah yang dapat menyeretnya kepada kekufuran, tapi justru sebagai cubitan peringatan agar kontrol komunikasinya dengan Tuhan tetap berjalan, tetap seimbang.
 
Inilah bentuk kecintaan dari Yang Maha Hakiki kepada hamban-Nya. Demonstrasi kecintaan itu diwujudkan dalam berbagai tindakan-Nya yang terkesan menyengsarakan dan menyulitkan si hamba. Padahal itulah cara yang paling baik dan pas untuk manusia. Musibah dan penderitaan-penderitaan digelar-Nya, yang bagi kebanyakan manusia lebih mudah mengantar kepada kesadaran dan keinsyafan. (Bachtiar Aras)


Istidraj: Nikmat yang Justeru Membawa Bencana


Istidraj adalah adalah pemberian nikmat Allah kepada manusia yang mana pemberian itu tidak diridhai  oleh Nya karena digunakan untuk perbuatan yang melanggar perintah-Nya. Inilah istidraj. Rasullulah saw bersabda :  "Bila kalian melihat Allah memberi nikmat kepada hamba-Nya yang selalu berlaku maksiat (durhaka), ketahuilah  bahwa orang itu telah diistidrajkan oleh Allah SWT."  (Diriwayatkan oleh At-Tabrani, Ahmad dan Al-Baihaqi) 

Ada orang yang sholat 5 waktu sehari semalam, bangun tengah malam bertahajjud, puasa bukan di bulan Ramadhan  saja, bahkan puasa Senin Kamis dan puasa sunat yang lain. Tapi, hidup mereka biasa saja. Bahkan tidak sedikit yang  mengalami situasi sulit. Sementara ada pula orang yang seumur hidup tak sholat, puasa pun tak pernah, rumahnya  sangat indah, mobil berjejer, uang melimpah dan hidup dalam kekayaan serta kemewahan. Bi la ditanya, apakah  kalian tidak takut mati? Ada yang menjawab, “Aaahh… semua orang juga akan mati. Dan kalau masuk neraka, akan  masuk ramai-ramai.” Inna lillah…. Demikianlah kesombongan manusia. 

Manusia yang diistidraj oleh Allah adalah manusia yang lupa daratan. Walaupun berbuat maksiat, dia merasa Allah  menyayanginya. Mereka bahkan memandang hina kepada orang yang beramal. "Dia tuh siang malam ke masjid, tapi  tetap saja tidak mampu membeli kendaraan… Sedangkan saya sering pesta, dengan mobil mewah. Tak susah susah  beribadah, tapi rezeki datang….” Begitu mungkin yang terbetik dalam hatinya.

Ingat, kadang-kadang Allah memberi nikmat yang banyak dengan tujuan untuk memberi pelajaran, menguji dan  bahkan menghancurkan orang yang diberi-Nya.

Seorang salafushalih dalam kitab Nashaihul Ibad, pernah mengatakan, "Apabila Allah menghendaki untuk  membinasakan semut, Allah terbangkan semua itu dengan dua sayapnya". Anai-anai, jika tidak bersayap, maka dia akan duduk diam di bawah batu atau merayap di celah-celah daun, tetapi jika Allah hendak membinasakannya, Allah berikan dia sayap. Lalu, bila sudah mendapat (nikmat) bersayap, anai-anai akan mencoba melawan api. Begitu juga manusia, bila mendapat nikmat, ada yang mencoba hendak melawan Allah swt.

Firaun. Nikmatnya tak terkira, tidak pernah sakit. Allah memberinya nikmat kesehatan. Orang lain selalu sakit, tapi  Firaun tidak, orang lain mati,namun dia masih belum mati-mati juga, sampai ia merasa angkuh dan besar kemudian  mengaku dirinya tuhan. Tapi dengan nikmat itulah Allah binasakan dia.

Namrud, yang pernah mencoba membakar Nabi Ibrahim. Betapa besar pangkat Namrud? Dia begitu sombong  dengan Allah, akhirnya dalam sebuah riwayat disebutkan ia menemui ajalnya hanya disebabkan seekor nyamuk  yang masuk ke dalam lubang hidungnya.

Tidak ada manusia hari ini sekaya Qarun. Anak kunci gudang hartanya saja harus dibawa 40 ekor unta. Tapi lihatlah. Akhirnya dia ditenggelamkan bersama hartanya akibat terlalu takabbur.

Jadi kalau kita kaya, jangan sangka Allah sayang.

Jadi,jika kita kaji terjawablah segala keraguan yang mengganggu pikiran kita. Mengapa orang kafir kaya, dan orang  yang berbuat maksiat hidup senang /mewah. Pemberian yang diberikan oleh Allah pada mereka bukanlah pemberian  yang diridhai Allah karena semuanya digunakan untuk kemaksiatan. Rupanya semua anugerah itu adalah untuk  menghancurkannya. Lalu, untuk apa hidup tanpa keridhaan Allah? (na)